Al-Hajjaj bin Yusuf (Arab: : الحجاج بن يوسف, 661 M/ 40 H – 714 M/ 95 H) adalah penguasa, politisi, dan menteri pertahanan dari kekhilafahan Umayyah. Dia merupakan sosok yang kontroversial dan pelik dalam sejarah awal umat Islam. Dia dikenal sebagai seorang penguasa yang cerdas namun keras dan kejam. Disebutkan dia telah bertanggung jawab atas kematian ribuan jiwa. Namun ia juga dikenal sebagai orang yang menghormati Al-Qur'an dan berjasa dalam perluasan wilayah dinasti Umayyah. Dia meyakinkan Khalifah Abdul Malik bin Marwan untuk menggunakan mata uang khusus bagi dunia Islam. Hal yang memicu perang dengan Kekaisaran Byzantium di bawah kekuasaan Yustinianus II. Pasukan Bizantium yang dipimpin oleh Leontios secara meyakinkan dapat dikalahkan pada pertempuran Sebastopolis tahun 692.
Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi dilahirkan di daerah Thaif pada tahun 41 H / 661 M. Ia dibesarkan di keluarga yang terhormat dari kalangan Bani Tsaqif. Ayahnya adalah seorang yang taat dan berilmu. Sebagian besar waktu sang ayah dihabiskan di kampungnya, Thaif, mengajarkan anak-anaknya Alquran. Dengan didikan sang ayah, Hajjaj pun berhasil menghafalkan Alquran secara sempurna, 30 juz. Kemudian ia mengulang-ulang hafalannya di majilis-majlis para sahabat dan tabi’in, seperti: Abdullah bin Abbas, Anas bin Malik, Sa’id bin al-Musayyib, dll. Kemudian ia mulai diberi tanggung jawab untuk mengajar anak-anak lainnya. Masa kanak-kanak yang ia habiskan di Thaif sangat berpengaruh terhadap kefasihannya berbahasa. Di sana juga ia bergaul dengan Kabilah Hudzail, kabilah Arab yang paling fasih dalam berbahasa. Setelah ditempa dengan baik, Hajjaj tumbuh menjadi seorang orator, memiliki kemampuan public speaking yang luar biasa. Abu Amr bin Ala’ mengatakan, “Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih fasih (dalam berbahasa) seperti Hasan al-Bashri kemudian Hajjaj.”
Berbiacara tentang kezaliman dan kekejaman Hajjaj, hal itu adalah sesuatu yang tak terbantahkan, ia sangat mudah menumpahkan darah orang yang tak bersalah. Kekejamannya itu menyebabkan beberapa panglima perangnya membelot karena tidak tahan menerima perintah yang menzalimi kelompok tertentu. Namun pada masanya juga ada masa-masa perbaikan. Setelah pergolakan di Irak dapat ia atasi, ia mulai mewujudkan pembangunan fisik di Irak. Pembangunan kantor-kantor, fasilitas umum dan kesehatan. Sungai-sungai di Irak yang kala itu tidak memiliki jembatan, dibuatkan Hajjaj jembatan untuk mempermudah masyarakat, ia juga membuat bendungan untuk menampung air hujan, nantinya bendungan tersebut digunakan untuk kebutuhan masyarakat dan para musafir. Sedangkan daerah-daerah yang jauh dari bendungan diperintahkan menggali sumur.
Hajjaj juga dikenal detil dan selektif dalam memilih pegawai pemerintahan, ia benar-benar menunjuk orang-orang yang capable di bidangnya karena ia sangat benci dengan kesalahan dan keteledoran. Ia juga berhasil menaklukkan banyak wilayah. Di antara wilayah yang ditaklukkannya adalah wilayah Balkh, Baikan (بيكند), Bukhara, Kasy, Thaliqan (sebuah kota yang mencakup daerah Thakharistan, kota di Afganistan, dan Thaliqan Qazawin di Iran sekarang), Khawarizm, Kasyan (daerah di wilayah Iran sekarang), hingga kota-kota perbatasan Cina. Mungkin buah dari penakulukkan Hajjaj terhadap Bukhara adalah lahirnya seorang imam besar di Bukhara, Imam Bukhari rahimahullah.
Hajjaj juga memerintahkan sepupunya yang masih sangat belia, pahlawan Islam yang terkenal, Muhammad bin Qasim ats-Tsaqafi menaklukkan wilayah India, hingga muncullah kerajaan besar di abad pertengahan, Kerajaan Mughal. Para sejarawan mengaitkan penaklukkan Muhammad bin Qasim ast-Tsaqafi ini dengan doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap Bani Tsaqif. Ketika Nabi berdakwah di Thaif, dan diusir oleh Bani Tsaqif lalu datanglah Jibril yang menawarkan agar sekiranya malaikat akhsyabain menimpakan gunung kepada orang-orang Thaif, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “(Tidak) namun aku berharap supaya Allah Azza wa Jalla melahirkan dari anak keturunan mereka orang yang beribadah kepada Allah semata, tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun jua”. (HR Bukhari dan Muslim). Di antara jasa-jasa Hajjaj yang paling besar adalah keseriusannya dalam memberi titik dan harakat pada huruf-huruf Alquran.
Imam Adz-Dzahabi berkata tentang Al-Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi:
“Al-Hajjaj, Allah memusnahkannya di bulan Ramadhan tahun 95 Hijrah dalam keadaan tua, dan dia adalah seorang yang zhalim, bengis, naashibi (pembenci Ahlul Bait), keji, suka menumpahkan darah, memiliki keberanian, kelancangan, tipu daya, dan kelicikan, kefasihan, ahli bahasa, dan kecintaan terhadap Al-Qur'an. Aku (Imam Adz-Dzahabi) telah menulis tentang sejarah hidupnya yang buruk dalam kitabku At-Tarikh al-Kabir, mengenai pengepungannya terhadap Ibnu az-Zubair dan Ka’bah, serta perbuatannya melempar Ka’bah dengan manjaniq, penghinaannya terhadap penduduk Al-Haramain (dua tanah haram), penguasaannya terhadap Irak dan wilayah timur, semuanya selama 20 tahun. Juga peperangannya dengan Ibnul Asy’ats, sikapnya melambat-lambatkan menunaikan salat, sehingga Allah mematikannya, maka kami mencelanya, dan kami tidak mencintainya, sebaliknya kami membencinya karena Allah.” — Siyar A’lam An Nubala’, 4/343
Al-Hafizh Ibnu Katsir menceritakan bahwa Umar bin Abdul Aziz, yang kemudian menjadi khalifah beberapa tahun berikutnya, berkata:
“Aku tidak sedikitpun merasa iri terhadap Al-Hajjaj si musuh Allah itu, kecuali terhadap sikapnya yang cinta kepada Al-Qur’an dan sikap pemurahnya terhadap ahli al-Qur’an, serta ucapannya sebelum meninggal, “Ya Allah ampunilah aku, sesungguhnya manusia menyangka bahwa Engkau tidak bertindak[1].” — Al-Bidayah wa An-Nihayah, 9/158)
Imam Ibnu Katsir mencoba memposisikan diri di pihak yang pertengahan, beliau mengatakan,
“Celaan yang terbesar yang diberikan kepada Hajjaj adalah ia seorang yang sangat mudah menumpahkan darah. Cukuplah bagi dia hukuman dari Allah karena perbuatannya ini. Di sisi lain, ia sangat bersemangat dalam berjihad dan menyebarkan Islam ke negeri-negeri lainnya, mudah berderma kepada orang-orang yang memuliakan Alquran (ahlul Quran), ia juga banyak berjasa dalam penyebaran dan penjagaan Alquran (member harakat dan titik serta menjaga riwayat-riwayat bacaan Alquran di masyarakat pen.), saat wafat ia hanya meninggalkan uang sebanyak 300 dirham saja”. Hajjaj wafat di Kota Wasith 21 Ramadhan 95 H bertepatan dengan 9 Juni 714 M.