Abdurrahman bin Mahdi bin Hassan Al-Anbari Al-Luklu’i Al-Hafizh Al-Kabir Imamul Ilmi, Asy-Syahir. Kun-yah beliau adalah “Abu Sa’id”. Beliau dilahirkan pada tahun 135 H. Sejak usia belia, beliau sudah rajin dalam menuntut ilmu agama. Guru dan Murid Abdurrahman bin Mahdi. Di antara guru beliau adalah Aiman bin Nabil, Mu’awiyah bin Shaleh, Abu Khaldah, Syu’bah, Sufyan Ats-Tsauri, dan beberapa ulama lainnya. Sementara, murid beliau, antara lain: Abdullah bin Mubarak, Ahmad bin Hambal, Ishaq bin Rahawaih, Ali bin Al-Madini, Bundar, dan masih banyak ulama lainnya. Abdurrahman bin Mahdy wafat 198 H sebagai Atba’ Tabi’it Tabi’in atau Setelah para tabi’ut tabi’in.
Ali bin Al-Madini mengatakan, “Manusia yang paling paham tentang hadis adalah Abdurrahman bin Mahdi.” Ayub Al-Mutawakil mengatakan, “Jika kami ingin membandingkan dunia dengan agama maka kami datang ke rumah Abdurrahman bin Mahdi.” Muhammad bin Abu Bakar Al-Muqadami mengatakan, “Saya tidak pernah melihat seorang pun, yang lebih teliti terhadap sesuatu yang dia dengar dan terhadap hadis, melebihi Abdurrahman bin Mahdi.” Al-Qawariri mengatakan, “Dua puluh ribu hadis didiktekan kepada saya oleh Ibnu Mahdi dengan hafalan.” Ahmad bin Sinan mengatakan, “Ketika Abdurrahman bin Mahdi menyampaikan kajian, tidak ada satu pun orang yang berbicara, menajamkan pensilnya, dan tidak ada yang berdiri. Seolah-olah di atas kepala mereka ada burung atau seolah-olah mereka sedang salat …. Bacaan beliau setiap malam adalah setengah Alquran.”
Beliau menuai banyak pujian dari para ulama yang sezaman atau generasi setelahnya. Adz Dzahabi mengatakan, “Beliau adalah seorang imam, hujjah, dan suri tauladan dalam ilmu serta amal.” Asy Syafi’i berkata, “Aku tidak pernah mengetahui ada seorang ulama yang sebanding dengan Ibnu Mahdi dalam bidang ini.” Ahmad bin Hanbal mengatakan, “Abdurrahman lebih fakih daripada Yahya Al Qaththan.” Lebih lanjut ia berkata, “Apabila terjadi perbedaan antara Abdurrahman dan Waqi’ maka Abdurrahman lebih kokoh karena ia lebih dekat masanya dengan Al Kitab. Keduanya telah berselisih lebih dari lima puluh hadis dari riwayat Tsauri sehingga kami pun memeriksanya dan ternyata mayoritas kebenaran ada di tangan Abdurrahman.”
Muhammad bin Abu Bakr Al Muqaddami berkata, “Aku belum pernah melihat seseorang yang lebih kuat hafalannya terhadap apa yang pernah didengar atau belum pernah didengar dan terhadap hadis daripada Abdurrahman bin Mahdi. Ali bin Al Madini mengatakan, “Ilmu hadis yang dikuasai Abdurrahman bagaikan sihir.” Ahmad bin Sinan berkata, “Tatkala Abdurrahman bin Mahdi berbicara di majelis, maka tidak ada satupun yang berbincang-bincang, meraut pensilnya, tidak ada yang tersenyum dan tidak ada yang berdiri. Seolah-olah di atas kepala mereka ada burung atau seakan-akan mereka sedang salat.” Beliau juga dikenal mempunyai hafalan yang sangat kuat dan kokoh. Tentang hal ini Ubaidullah bin Umar Al Qawariry mengatakan, “Abdurrahman bin Mahdi pernah mendiktekan dua puluh ribu hadis kepadaku dengan hafalannya.”
Ibrahim bin Ziyad Sabalan menuturkan, “Aku pernah bertanya kepada Abdurrahman bin Mahdi, ‘Apa pendapat anda tentang seseorang yang menyatakan bahwa Al Qur’an adalah makhluk?’ Beliau pun menjawab, “Andaikan aku mempunyai kekuasaan, niscaya aku akan berdiri di atas sebuah jembatan. Aku tidak akan membiarkan seorang pun melewatiku kecuali pasti aku bertanya kepadanya. Jika dia menyatakan bahwa Al Qur’an adalah makhluk (yakni bukan kalamullah) maka akan aku penggal lehernya dan aku lemparkan ke dalam air.”
Ibnu Mahdi adalah seorang ulama yang dikenal kegigihannya dalam membela Sunah. Ali Al Madini berkata bahwa Abdurrahman bin Mahdi pernah menyatakan, “Tinggalkanlah setiap tokoh bid’ah yang menyeru kepada bid’ahnya.” Beliau juga mengatakan, “Barangsiapa menuntut ilmu bahasa Arab, maka ujung-ujungnya akan menjadi sastrawan. Barang siapa menuntut ilmu syair, maka ujung-ujungnya menjadi penyair yang mencela dan memuji dengan kebatilan. Barang siapa menuntut ilmu kalam, maka ujung-ujungnya menjadi orang zindiq. Dan barang siapa mencari hadis lalu mengamalkannya, maka ia akan menjadi seorang imam.”
Beliau juga berkata, “Sesungguhnya orang-orang Jahmiyah berambisi untuk menolak bahwa Allah telah berbicara kepada Musa ‘alaihis salam dan Allah subhanahu wa ta’ala beristiwa’ di atas Arsy. Aku berpendapat mereka harus dimintai taubatnya. Jika mereka mau bertaubat maka itu yang diharapkan namun jika enggan maka leher mereka dipenggal.” Pada akhir kehidupannya, Abdurrahman bin Mahdi sempat melakukan perjalanan dari Bashrah lalu menuju Ashfahan dan di sanalah ia meriwayatkan hadis. Namun beliau meninggal di Bashrah pada bulan Jumadil Akhirah tahun 198 H. Beliau wafat pada usia 63 tahun dan meninggalkan bapak beserta anaknya. Beliau meninggal pada bulan Jumadil Akhir, tahun 198 H. Meninggalkan anak dan bapaknya, Mahdi. Beliau memiliki beberapa tulisan dalam masalah hadis.