Ath-Thabari (Arab: الطبري, AD 838 - AD 923 / 310 H) adalah seorang sejarawan dan pemikir muslim dari Persia, lahir di daerah Amol, Thabaristan (sebelah selatan Laut Kaspia). Nama lengkapnya adalah Abu Ja'far Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghalib al-Amali ath-Thabari, lebih dikenal sebagai Ibnu Jarir atau ath-Thabari. Semasa hidupnya, ia belajar di kota Ray, Baghdad, kemudian Syam dan juga di Mesir. Di antara karyanya yang terkenal adalah Tarikh ar-Rusul wa al-Muluk (Sejarah Para Nabi dan Raja), atau lebih dikenal sebagai Tarikh ath-Thabari. Kitab ini berisi sejarah dunia hingga tahun 915, dan terkenal karena keakuratannya dalam menuliskan sejarah Arab dan Muslim. Karya lainnya yang juga terkenal berupa tafsir Quran bernama Tafsir ath-Thabari, yang sering digunakan sebagai sumber oleh pemikir muslim lainnya, seperti Al-Baghawi, as-Suyuthi dan juga Ibnu Katsir.
Tafsir Al-Tabari atau Ath-Thabari yang aslinya berjudul "Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an" adalah sebuah Tafsir Al-Qur'an yang disusun oleh Imam Abu Ja’far Muhammad bin Jarir ath-Thabari. Namun lebih dikenal sebagai Tafsir Tabari saja. Kitab ini dijuluki sebagai kitab terlengkap dan teragung[butuh rujukan] yang menafsirkan Al Qur'an karena metode penyusunan yang bagus dan wujudnya yang sangat tebal dan berjilid-jilid, yakni diketahui sekitar 26 Jilid.
Penyusun mengatakan ketika menulis kitab ini, “Ketika aku berusaha menjelaskan Tafsir al-Qur’an dan menerangkan makna-makna yang Insya-Allah menjadi kitab yang mencakupi setiap perkara yang perlu diketahui oleh manusia melebihi kitab-kitab lain yang ada sebelumnya. Aku berusaha menyebutkan dalil-dalil yang disepakati oleh seluruh ummat dan yang diperselisihkannya, menjelaskan alasan setiap mazhab yang ada dan menerangkan alasan yang benar berdasarkan pendapatku dalam setiap permasalahan yang berkaitan secara ringkas.” Di antara unsur-unsur istimewa dan terpenting dalam methodologi Tafsir ath-Thabari ini adalah ketika meneliti setiap tema perbahasannya yang bertumpu kepada pendapat-pendapat (atau methode tafsiran) yang dikuatkan dengan sanad-sanad dari ayat, hadis dan atsar-atsar para salaf pada setiap ayat al-Qur’an, sehingga buku ini mencakupi seluruh pendapat yang ada dari kalangan salaf yakni para Sahabat, Tabi'in, dan Tabi'ut tabi'in. Sekaligus menjadi penjelas bahawa Tafsir dia ini adalah Tafsir bil matsur yang mengemukakan methode tafsiran ayat berdasarkan hadis-hadis Nabi dan kefahaman para salaf dari kalangan sahabat, tabi'in, dan tabi'ut tabi'in.
Metode Imam ath-Thabari dalam menyusun kitab ini sangat detil dalam menjelaskan setiap perkara. Dia meneliti dengan sabar setiap hadits dan atsar yang menyentuh penafsiran ayat al-Qur’an dengan menjelaskan Asbabun Nuzul-nya (sebab turunnya ayat), hukum-hukum, qira’at, dan beberapa kalimat yang maknanya perlu penjelasan yang terperinci. Usaha ini menghasilkan kitab tafsir yang besar dengan cetakan yang berjilid-jilid. Kemudian kitab ini telah ditahqiq, dan dibukukan dari manuskrip asli yang disemak dan diteliti oleh Syaikh al-Muhaddits Ahmad Muhammad Syakir dan Syaikh Mahmud Muhammad Syakir.
Komentar para Ulama mengenai kitab Tafsir ini
Imam as-Suyuthi berkata, “Jika anda bertanya, kitab tafsir mana yang dapat dijadikan sebagai rujukan?”Maka aku jawab, “Yaitu tafsir Ibnu Jarir ath-Thabari, di mana para Imam yang amat kompeten bersepakat bahawa belum ada kitab tafsir yang menyerupainya.”
Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Adapun kitab-kitab tafsir yang beredar di tangan orang yang paling benar adalah karya Ibnu Jarir ath-Thabari. Dia menyebutkan perkataan-perkatan para salaf dengan sanad-sanad yang kuat, tidak ada bid’ah di dalamnya dan tidak meriwayatkan hadis dari orang-orang yang diragukan seperti Mukatil B. Sulaiman dan al-Kalbi.”
Al-Hafiz Ibnu Katsir adalah tokoh dalam bidang tafsir yang telah mengambil banyak manfaat dari Tafsir ath-Thabari ini sekaligus menghasilkan ringkasan dan menambahkan banyak manfaat berkaitan dangan hadis, fiqh, ushul, sejarah, dan beberapa yang lainnya yang bermanfaat yang kemudian dikenali sebagai Tafsir Ibnu Katsir.
Imam adz-Dzahabi berkata, “Inilah tafsir seorang Imam dalam ayat-ayat yang berbicara tentang sifat-sifat Allah yang dipenuhi dengan perkataan para Salaf yang menetapkannya bukan yang menafikannya, dan tidak mentakwilkannya dan Dia (Allah) tidak menyerupai makhluk selama-lamanya.”