Al-Khathib al-Baghdadi - Sejarawan Ahli Hadits

Al-Khathib al-Baghdadi - Sejarawan Ahli HaditsAbu Bakr Ahmad bin `Ali bin Tsabit bin Ahmad bin Mahdi al-Shafi`i, lebih dikenal sebagai al-Khatib al-Baghdadi (Arab: الخطيب البغدادي‎) (khatib dari Baghdad) (10 May 1002 – 5 September 1071; 392 AH-463 AH), adalah seorang ulama Sunni ahli hadis dan sejarawan. Beliau adalah Ahmad bin Ali bin Tsabit bin Ahmad bin Muhdi yang masyhur dengan Al-Khatib Al-Baghdadi, si pemilik berbagai karya dan imam para hafizh. Ibn Hajar menyatakan bahwa karya-karya Al-Khatib sangat berpengaruh dalam bidang ilmu hadits dan istilah hadits. Salah satu riwayat menyatakan ia memiliki lebih dari 80 judul buku, Ini adalah sebagian karyanya:

Ta'rikh Baghdad: Sejarah Baghdad.
al-Kifaya fi ma'rifat usul 'ilm al-riwaya: Termasuk karya awalnya yang berkenaan dengan istilah hadits, yang diakui pengaruhnya oleh Ibnu Hajar.
Takyid al-'ilm: Pembahasan mengenai apakah pencatatan hadits nabi adalah terlarang atau tidak.
Sharaf ashab al-hadith: Berkenaan tentang pentingnya kedudukan para ahli hadits.
al-Sabik wa 'l-lahik: berkenaan dengan para periwayat hadis berdasar kategori tertentu.
al-Mu'tanif fi takmilat al-Mu'talif wa 'l-mukhtalif: Koreksi kesalahan eja dan pelafalan nama-nama.
al-Asma' al-mubhama fi 'l-anba' al-muhkama: Penelitian tentang siapa orang-orang yang disebut dalam suatu hadis namun tidak disebutkan namanya.

Ayah beliau bernama Abul Hasan Khatib adalah penduduk Darzijan (sebuah desa di negri Irak) beliau adalah seorang yang ahli baca Al-Quran dengan bacaan Hafsh Al-Kattani. Ayahnya mendorongnya untuk belajar hadits dan fikih. Oleh karenanya ia sudah belajar ketika umurnya menginjak sebelas tahun. Ia pergi menuntut ilmu di Bashrah pada saat umurnya menginjak dua puluh tahun, pergi ke Naisabur pada saat umurnya menginjak dua puluh tiga tahun dan saat pergi ke Syam pada saat umurnya sudah tua. Ia juga pergi ke kota Makkah dan kota selainnya yang telah disebutkan diatas. Ia telah menulis banyak kitab, dalam hal ini ia telah melebihi teman-temannya. Ia menyusun dan mengarang, menetapkan yang shahih dan yang tidak shahih, menetapkan perowi yang adil dan yang tidak adil, dan menulis sejarah dan penjelasannya, sehingga ia menjadi Al-hafizh yang paling tinggi pada masanya.

Di Akbara, Al-khatib berguru kepada Al-Husain bin Muhammad Ash-Shaigh yang meriwayatkan hadits kepadanya dari Nafilah Ali bin Harb. Sementara di kota Bashrah ia berguru kepada Abu Umar Al-Hasyimi (guru dalam bidang Hadits), Ali al-Qasyim Asy-Syahid, Al-Hasan bin Ali As-Saburi dan sejumlah ulama lainnya. Di Naisabur, ia berguru kepada Al-Qadhi Abu Bakar Al-Hiyari, Abu Said Ash-Shairafi, Abul Qasim Abdurrahman as-Siraj, Ali bin Muhammad Ath-Thirazi, Al-Hafizh Abu Hazim Al-Abdawi dan sejumlah ulama yang lainnya. di Asfahan ia berguru kepada Abul Hasan bin Abdi Kawih Abu Abdillah Al-Jamal, Muhammad bin Abdillah bin Syahriyar dan Al-Hafizh Abu Nu’aim, dan di beberapa tempat lainnya. Makki Ar-Ramli mengatakan: “Al-Khatib sakit pada pertengahan bulan Ramadhan 463 H. Kondisi kesehatanya semakin parah pada awal bulan Dzulhijjah hingga beliau meninggal pada tanggal 7 Dzulhijjah”.