Bangsa Ad sudah lenyap binasa, karena dosa yang mereka perbuat. Negeri mereka sudah tandus dan kosong. Tetapi lama kelamaan di negeri itu terdapat satu bangsa yang menempati dan mendiaminya. Bangsa baru ini dinamakan dalam al-Quran, bangsa Tsamud. Merekalah yang berkuasa di atas bumi yang dikuasai oleh bangsa Ad dahulu itu. Negeri itu dibinanya kembali, sehingga menjadi negeri yang makmur, lebih makmur lagi dari zaman bangsa Ad yang sudah lenyap itu. Penuh dengan kebun kebun, taman taman yang indah permai, dengan hasil yang berlipat ganda. Berdirilah kembali rumah rumah dan gedung gedung yang besar. Malah bukit bukit yang tinggi itu mereka lubangi menjadi rumah tempat tinggal yang teratur. Hidup bangsa Tsamud ini penuh dengan harta kekayaan, senang bahagia tidak kekurangan suatu apa. Hanya seperkara, sebagaimana juga bangsa Ad dahulu, mereka lupa sama sekali kepada Tuhan, malah menjadi sombong dengan harta dan kekayaan yang mereka miliki itu. Mereka kira yang harta kekayaan mereka itu akan kekal di tangan mereka, kesenangan dan kebahagiaan hidup mereka akan tetap selamanya. Lalu mereka berbuat sekehendak hati mereka sendiri, menyembah dan memuja pula terhadap batu yang mereka buat sendiri merupakan patung. Tepat sebagaimana yang sudah terjadi di zaman Ad.
Kepada mereka lalu diutus Allah pula seorang Utusan, Saleh namanya. Untuk membawa mereka mengenal Allah, mensyukuri nikmat Allah, meninggalkan menyembah batu batu yang tidak berhak disembah itu. Terhadap semua apa juga yang disampaikan Nabi Saleh itu, mereka menutup telinga dan memejamkan mata, tidak mahu tahu dan percaya. Sungguhpun begitu, Nabi Saleh tetap menjalankan apa yang diperintahkan Tuhan kepadanya, menyampaikan ajaran ajaran yang benar, dengan kesabaran dan ketenangan. Sebab itulah makanya ada pula orang-orang yang melarat yang turut dan tunduk akan ajaran itu. Hal ini akhirnya membimbangkan orang orang yang tidak mahu tunduk itu. Mereka mencari cara dan jalan untuk memalingkan perhatian orang dari Nabi Saleh itu, yang dapat melemahkan dan merendahkan pandangan orang terhadap Saleh.
Begitulah pada suatu hari, mereka datang kepada Saleh dan berkata: Cuba engkau tunjukkan kepada kami satu mukjizat (keluarbiasaan) sebagai tanda kenabianmu itu. Kalau tidak, tentu engkau ini orang yang bohong semata mata. Mendengar kata dan pendirian mereka yang demikian itu, tidak ada yang dapat diperbuat Nabi Saleh selain berdoa kepada Tuhan. Allah berfirman kepadanya : Pergilah mendapatkan kaummu dan katakan kepada mereka agar mereka berkumpul di luar kota di kaki gunung yang tampak itu, untuk dapat melihat mukjizat yang mereka kehendaki itu. Setelah wahyu itu disampaikan Nabi Saleh kepada mereka, mereka berkumpullah menanti mukzizat yang dimaksudkan itu. Tak lama kemudian, dari gunung itu muncullah seekor unta yang luar biasa bagus, gemuk dan besarnya, persis seperti apa yang diterangkan Nabi Saleh kepada mereka. Unta itu langsung ke sumur dan meminum semua air yang ada. Dan benar bahawa tetek unta itu selalu penuh dengan air susu. Mereka mulailah mengambil tempat susu untuk dapat mengambil air susu dari unta itu. Begitulah dari hari ke hari, minggu ke minggu, orang orang beriman semakin bertambah kuat keimanannya, tetapi bagi orang orang yang engkar bukan menjadi beriman kerananya sebagai kata kata mereka ketika meminta minta mukjizat dahulu. Maka timbullah keinginan buruk dalam batin mereka untuk membunuh unta itu, agar kebenaran Nabi Saleh tidak tersiar kerananya.
Lama konon unta itu tinggal merdeka menjadi perhatian orang banyak. Semakin banyak juga orang yang percaya kepada Saleh. Tetapi akal jahat dan niat buruk mereka itu membukajalan bagi mereka untuk melakukan satu perbuatan yang sejahatjahatnya. Dengan perempuan cantik, dengan mudah mereka akan memperolehi pemuda yang berani untuk membinasakan unta itu. Bila seorang lelaki telah dapat ditawan hatinya oleh seorang perempuan cantik, maka lelaki penakut bisa menjadi orang paling berani untuk menunaikan perintah perempuan yang cantik itu. Hal ini diketahui oleh mereka yang engkar dan kafir itu. Mereka tidak segan segan menjalankan tindakan keji itu. Seorang perempuan cantik yang derhaka, menyerahkan diri untuk melakukan lakonan berat ini. Seorang perempuan cantik anak bangsawan dan kaya raya pula, Saduq binti Al Mahya namanya, sanggup menyerahkan kehormatan dirinya kepada seorang pemuda berani, iaitu Masdak bin Mahraj, asal saja pemuda itu berani membunuh unta yang menjadi bukti kebenaran Nabi Saleh itu. Ada lagi seorang perempuan tua yang keparat pula, dengan rela hati menyerahkan pula seorang anak gadis remaja kepada pemuda yang bernama Qudar bin Salif, asal saja pemuda itu berani pula membunuh unta itu.
Kedua pemuda itupun rupanya belum berani melakukan pembunuhan atas unta itu berdua duaan saja, lalu mencari teman teman lainnya. Mereka dapat teman tujuh orang lagi. Begitulah akhirnya semua mereka itu dengan diam diam mendekati akan tempat di mana unta itu berada, lalu memanah unta itu sehingga patah kakinya sebelah, diiringi oleh pukulan pedang yang tajam oleh Qudar bin Salif, sehingga terburailah perut besar dan usus unta itu keluar. Unta itupun lalu roboh ke tanah dan mati. Kedua pemuda tadi lalu kembali mendapatkan kaumnya membawa khabar gembira ini dengan buktinya sekali. Semua rakyat engkar yang menjadi golongan mereka, menyambut kedua pemuda itu sebagai sambutan seorang jenderal besar yang menang perang layaknya, bahkan lebih dari itu. Keberanian pemuda pemuda itu dipuja setinggi langit dengan kata dan pujaan yang luar biasa. Mereka sudah bunuh unta itu, dan tidak terjadi apa apa. Lalu mereka megejek akan firman Allah, peringatan Nabi Saleh yang telah memberi ancaman kepada siapa yang berani membunuh unta itu.
Mereka mengejek dan berkata: Ya, Saleh, datangkanlah siksa yang telah engkau janjikan itu, sekiranya engkau benar benar utusan Allah. Saleh berkata kepada mereka: Saya sudah beri peringatan kepadamu sekalian, tetapi peringatan saya itu sudah kamu langgar dengan nyata. Kamu sudah berbuat dosa. Sekarang kamu boleh bersenang-senang dan bergembira atas kematian unta itu tiga hari saja. Sesudah tiga hari, siksa yang dijanjikan Tuhan itu akan datang, dan bukanlah ini perjanjian yang bohong. Tempo tiga hari masih diberikan kepada mereka oleh Nabi Saleh, dengan harapan mudah mudahan mereka insaf dan minta ampun, beriman kepada Allah dan utusanNya. Tetapi oleh kaum yang derhaka dan celaka itu, dianggap sebagai tanda kelemahan. Belum sampai tiga hari, mereka sama sama datang kepada Nabi Saleh mengejek lagi dengan bertanya: Percepatkanlah datangnya siksa yang engkau janjikan itu. Nabi Saleh hanya berkata: Hai, kaumku, kenapa kamu minta segera datangnya siksa, bukan kebaikan? Kenapa kamu tidak minta ampun kepada Allah, mudah mudahan kamu diberinya ampun?.
Sehari sebelum janji itu habis, karena mereka masih ragu ragu dan syak, sehingga berhati takut takut terhadap siksa yang dijanjikan itu, maka mereka mengadakan rapat raksasa sekali, di mana mereka bersepakat akan membunuh Nabi Saleh di malam itu juga, kerana sangka mereka dengan matinya Nabi Saleh, siksa itu mungkin tidak datang. Allah melindungi Nabi Nya, sehingga terjauh dari pembunuhan di malam itu. Besoknya sebagaimana yang dijanjikan Nabi Saleh, maka azab atau siksa yang dijanjikan Tuhan itu turunlah, berupakan badai taufan yang sedahsyat dahsyatnya, sehingga mereka berserta harta benda dan ternak mereka musnah sama sekali. Rumah rumah mereka yang besar-besar dan kukuh menjadi abu yang berterbangan kena tiupan taufan dahsyat. Hanya Nabi Saleh dan pengikutnya saja yang selamat. Melihat kejadian sedih itu, Nabi Saleh berkata: Hai, kaumku, sudah saya sampaikan kepadamu apa yang diperintahkan Allah menyampaikannya, dan sudah cukup nasihatku kepadamu, tetapi kamu tidak suka kepada orang yang beri nasihat.