Abū Thālib bin ‘Abdul-Muththalib (Bahasa Arab: أبو طالب بن عبد المطلب) (549/550 - 619) adalah ayah dari Ali bin Abi Thalib serta paman dari Nabi Muhammad. Nama aslinya adalah Imran (Arab: عمران), tetapi ia lebih dikenal dengan julukan Abu Thalib, yang artinya bapaknya Thalib. Sebagai pemimpin Bani Hasyim setelah kematian ayahnya, Abdul-Muththalib, ia menjadi pengasuh Nabi Muhammad dan kemudian pendukung utama dalam berdakwah. Ia menikah dengan Fatimah binti Asad dan memiliki 6 orang anak.
Abu Thalib bin Abdul Muthalib memiliki empat orang anak laki-laki dan dua orang anak perempuan, yaitu
Thalib bin Abu Thalib
Ja'far bin Abu Thalib
Ali bin Abu Thalib
Aqil bin Abu Thalib
Fakhtihah binti Abu Thalib
Jumanah binti Abu Thalib (Ummi Hani)
Ia adalah anak dari Abdul Muthalib dan Fatimah bin Amr dan memiliki sembilan saudara yang salah satunya adalah Abdullah bin Abdul Muthalib yang merupakan ayah dari Nabi Muhammad. Ia merupakan pengasuh dari Nabi Muhammad setelah meninggalnya Abdul Muthalib dan Aminah binti Wahab hingga Nabi Muhammad menikah dengan Khadijah binti Khuwailid.
Setelah Muhammad diangkat sebagai rasul dan nabi, ia merupakan pelindung utama dari keluarga Bani Hasyim dari serangan masyarakat Mekkah dan sekitarnya. Ia meninggal pada tahun yang sama dengan meninggalnya Khadijah binti Khuwailid, yaitu pada tahun 619 M.
Fatimah binti Asad
Fatimah binti Asad (Bahasa Arab: فاطمه بنت اسد) adalah ibu dari Ali bin Abu Thalib dan sekaligus ibu mertua dari putri Nabi Muhammad, Fatimah az-Zahra. Fatimah merupakan putri dari Asad bin Hâsyim, ini menjadikan Ali merupakan keturunan Hasyim bin 'Abd al-Manaf dari kedua sisi ayah dan ibu.
Abu Thalib sebagai mana yang lazim namanya kita kenal memiliki nama lengkap Abdu Manaf bin Abdul Muthalib bin Hasyim, bukan orang yang sembarang, tak lain adalah paman Rasulullah SAW. Kedekatan keduanya sangat erat, sebab Abu Thalib termasuk orang yang getol menjaga Rasulullah SAW disaat sedang dalam marabahaya mengembangkan agama, walaupun disaat yang sama Abu Thalib masih menganut agama nenek moyangnya.
Tak terhitung jasa dan pengorbanan yang dipersembahkan Abu Thalib hingga suatu waktu Rasulullah SAW dihadang disuatu tempat oleh kalangan kafir Quraish dan Abu Thalib muncul dengan tegar dan mengatakan : “ kalian takkan dapat menyentuh Muhammad sebelum kalian menguburkanku, sehingga pada saat paman Nabi meninggal, sebagaimana diriwayat kan oleh Ibn Al-Musayyah berdasarkan cerita bapaknya bahwa tatkala Abu Thalib akan meninggal, maka datanglah Nabi Muhammad SAW kepadanya, namun disaat yang sama datang pula Abdullah bin Umayyah beserta Abu Jahal. Rasulullah lalu berkata :
قل لااله الاالله كلمة أحاج لك بها عندالله
“Ucapkanlah La Ilaaha Illallah, sebuah kalimat yang bisa aku jadikan bukti untukmu dihadapan Allah SWT”.
Namun disambut oleh Abdullah bin Abu Umayyah dan Abu Jahal, apakah kamu membenci agama Abdul Mutthalib? Lalu Nabi mengulang kembali, namun disahuti lagi oleh keduanya hingga akhirnya Abu Thalib meninggal tanpa mengucap kalimat tauhid. Rasulullah pun bersabda :
لاستغفرن لك مالم أنه عنك
“Sungguh akan aku mintakan ampunan untukmu selama aku tidak dilarang”
Lalu Allah menjawab melalui firmannya :
إِنَّكَ لا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ (٥٦)
Artinya : Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.
Pada Surah At-Taubah ayat 113, Allah SWT juga memperingatkan :
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ (١١٣)
Artinya : Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum Kerabat (Nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam.