Utsman bin Maz`un (wafat 2 H/624 M) (Bahasa Arab عثمان بن مظعون) adalah salah satu sahabat nabi. Ia termasuk cendekiawan Arab pada zaman jahiliyah, sempat mengikuti Perang Badar dan meninggal dunia sekembalinya dari perang tersebut. Sepeninggal Utsman, Muhammad menciumnya sambil mengalirkan air mata. Utsman inilah sahabat pertama yang meninggal di Madinah. Utsman inilah yang pernah berniat membujang dan meninggalkan keduniawian, akan tetapi Muhammad melarangnya dari niat tersebut. Kemudian Utsman bin Mazh'un menikah dengan Khawlah binti Hakim. Tokoh yang satu ini termasuk kelompok yang pertama masuk Islam, yakni pada urutan yang keempatbelas. Baliau termasuk orang yang pertama juga dari kaum Muhajirin yang hijrah ke Madinah dan sekaligus menjadi orang pertama yang wafat di Medinah, karenanya menjadi yang pertama pula dari ummat Islam yang dikuburkan di Baqi.
Beliau dikenal sebagai orang yang suci dan punya kepribadian dan hati yang suci dalam beribadah kepada Allah SWT. Beliau suci bukan karena mengucilkan diri ('Uzlah) jauh dari kehidupan yang bisa mengantarkan orang kepada kesesatan, tapi suci di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang jahil. Corak kehidupannya sangat berbeda dengan konsep hidup kaum sufi pada umumnya yang sebagian mereka berpendapat atau memiliki prinsip "Uzlah" untuk mengambil sikap mengasingkan diri dari kelompok masyarakatnya yang tidak sejalan dengan prinsip hidup seorang mu'min. Paling tidak, ada "dua" pola pendekatan yang berbeda yang dilakukan oleh umumnya orang Islam dan kelompok Sufi. Keduanya tentu saja sama-sama hidup di jalan Allah, namun dengan "Manhaj"(Metoda) yang agak berbeda dalam mengartikan "Uzlah". Di mana yang satu mengartikannya dengan mengasingkan diri, atau hijrah dari sebuah kondisi masyarakat yang tidak kondusif untuk berkembangnya keimanan dan kesholehan seseorang. Namun, sementara yang lain tidak sependapat dengan pemaknaan "Uzlah" seperti itu.
Yang paling menonjol dari diri Utsman bin Mazh'un adalah "Mujahadah"nya, yakni upaya yang sungguh-sungguh untuk hidup di jalan Allah dengan melakukan semua yang dicintai Allah dan meninggalkan segala yang dibenci-Nya dan untuk itu beliau tidak pernah mengasingkan diri dari masyarakat, sebaliknya beliau senantiasa siap menghadapi segala resiko yang terjadi termasuk siap menghadapi siksaan yang sudah biasa dihadapi oleh orang-orang yang baru masuk Islam. Kala itu beliau hadapi segala macam siksaan dengan kesabaran dan tidak pernah berniat sedikit pun untuk lari dari kondisi yang dialaminya. Beliau baru mau berhijrah ke Habsy setelah Rasulullah Saw memerintahkan Utsman dan para sahabat yang lain meninggalkan Mekah yang sangat tidak kondusif bagi orang-orang mu'min saat itu. Mereka pun berhijrah lalu menemukan lingkungan di Habsyi yang membuat mereka merasa aman dan nyaman serta bisa meninggalkan lingkungan para penyembah berhala yang telah membuat mereka "muak" melihatnya. Di Habsyi mereka hidup di lingkungan orang-orang Nasrani. Kedatangan mereka dimanfaatkan oleh orang-orang Nasrani untuk mendakwahi dengan maksud agar orang-orang muslim masuk dalam keyakinan mereka. Para sahabat yang hijrah ke Habsyi di bawah pimpinan Utsman bin Mazh'un, tidak mungkin mengikuti ajakan mereka lari dari satu kekufuran lalu masuk ke dalam kekufuran yang lain, keluar dari kesesatan yang satu lalu masuk ke dalam kesesatan yang lain. Karena mereka yakin, "Hanya Islamlah satu-satunya agama yang benar" (QS. Ali Imran, 3:19;85)
Ketika mereka sedang menikmati kehidupan yang tenang dan nyaman dalam beribadah dan mempelajari Al Qur'an, tiba-tiba muncul berita bahwa di Mekah, orang orang Quraisy dan para tokohnya telah masuk Islam. Berita yang cukup menggembirakan ini menjadikan mereka ingin sekali segera kembali ke Mekah dan mereka pun segera bersiap-siap. Namun, pada saat akan memasuki Mekah, arulah mereka menyadari, bahwa berita tersebut hanya fitnah dan tipu daya belaka sehingga membuat Utsman dan para sahabat betul-betul merasa terpukul atas kecerobohan mereka yang tidak menyelidiki dulu kebenaran berita tersebut. Padahal, mereka saat itu sudah berada di pintu masuk kota Mekah. Sementara itu orang-orang musyirikin yang mendengar akan kehadiran mereka yang dianggap "buronan" menyambut berita tersebut dengan suka cita. Bagi orang-orang musyirikin, Utsman dan para sahabat yang mau menegakkan kebenaran dianggap "buronan".
Di masyarakat Arab Jahilliyyah saat itu berlaku sistim perlindungan, di mana setiap orang bisa mencari pelindung yang tentu saja dari tokoh Quraisy yang disegani. Menyikapi situasi dan kondisi tersebut, Utsman dan para sahabat berupaya mencari perlindungan. Namun tidak semuanya berhasil. Salah satu yang berhasil adalah Utsman bin Mazh'un yang mendapat perlindungan dari Walid bin Mughirah, seorang tokoh musyirikin Quraisy yang disegani. Karena mendapat perlindungan dari Walid, maka Utsman bin Mazh'un bebas masuk ke Mekah dengan tenang, tidak ada yang berani mengganggu karena Walid sudah mengumumkan di depan masjid bahwa Utsman ada dalam perlindungannya.
Mendapat perlindungan dari Walid sebenarnya hati Utsman kemudian menjadi sangat tidak tenang, pada saat beliau melihat saudara-saudaranya yang miskin dan lemah tidak menemukan orang untuk melindungi mereka, sehingga mereka harus menerima siksaan yang tidak tertahankan. Melihat saudara-saudaranya hidup dalam penderitaan, batin Utsman bin Mazh'un tidak rela. Akhirnya beliau memutuskan menemui Walid bin Muqhirah untuk menyatakan keinginannya melepaskan diri. Kisahnya dapat diikuti sebagaimana diriwayatkan oleh seorang sahabat: "Ketika Utsman bin Mazh'un melihat beberapa sahabat Rasul mengalami penderitaan yang sangat luar biasa, sementara ia aman dalam perlindungan Walid bin Mughirah, lalu ia berkata dalam hatinya, Demi Allah, sesungguhnya saat ini aku sedang berlindung kepada musuh Allah, sementara sahabat-sahabatku merasakan berbagai azab dan siksaan, maka ia pun segera menemui Walid bin Mughirah dan berkata: "Wahai Abu Abdi Syams (Walid), bebaskan aku dari perlindunganmu! Berkata Walid: Kenapa wahai anak pamanku? Sementara orang lain susah mencari pelindung kau malah minta dibebaskan dari perlindunganku, jika kulepaskan maka boleh jadi kau akan disiksa oleh kaumku. Jawab Utsman: "Tidak, aku lebih suka ada di dalam perlindungan Allah. Pergilah kau ke depan masjid umumkanlah bahwa kau sudah tidak lagi melindungi aku sebagaimana kau dulu mengumumkan perlindungan terhadapku. Lalumereka berdua pun pergi ke halaman masjid. Walid berkata, ini adalah Utsman, dia datang menemuiku untuk membebaskan dirinya dari perlindunganku. Utsman menanggapi pernyataan Walid dengan menyatakan: "Benar yang diucapkan Walid. Dia betul orang yang selama ini bertanggung jawab melindungiku, tetapi aku lebih suka untuk dilindungi oleh Allah dan aku tidak pernah sudi lagi untuk dilindungi oleh orang-orang yang dibenci oleh Allah SWT.
Dapat kitaambil pelajaran bahwa Utsman sempat mengambil langkah yang kurang tepat, karena sesungguhnya yang tepat sebagai pelindung hanyalah Allah SWT. Karenanya ketika turun ayat 255 surah Al Baqarah, Rasul Saw segera memerintahkan kepada para sahabat yang selama ini menjadi pengawal Rasul: "Wahai saudara-saudaraku, pergilah kalian sekarang jangan lagi kalian mengawalku karena sudah ada yang mengawalku, Allah SWT". Usai proses pelepasan perlindungan dari Walid, beliau menghadiri sebuah majelis orang-orang Quraisy yang sedang dipimpin oleh Lubaid bin Rabi'ah. Di dalam majelis tersebut, Lubaid bin Rabi'ah berkata: "Bukankah segala sesuatu selain Allah itu adalah hampa tidak ada nilainya sama sekali di sisi Allah?". Kata Utsman:"Benar, apa yang kau katakan wahai Lubaid. Kata Lubaid pula: "Bukankah setiap kenikmatan suatu saat akan sirna". Utsman menimpali pernyataan Lubaid:"Bohong, nikmat syurga tidak akan pernah sirna selama-lamanya, semua kenikmatandunia benar akan sirna tapi ada kenikmatan syurga yang tidak kalian yakini, tidak akan sirna selama-lamanya. Lubaid merasa terpotong dan terhina dengan ungkapan tersebut, padahal ia seorang tokoh Quraisy yang disegani. Lalu ia mengatakan: "Wahai kaum Quraisy, demi tuhan pernahkah kalian meliha seseorang menghinaku dalam majelis seperti ini?". Salah seorang yang hadir di dalam majelis mengatkan:"Orang yang baru bicara ini adalah orang tolol yng baru saja meninggalkan agama nenek moyang kita, maka jangan digubris ucapannya".
Sejarah berulang, setiap orang yang akan kembali menegakkan ajaran Allah disebut tolol, bodoh atau idiot oleh orang-orangsesat. Padahal, yang bodoh menurut Allah adalah mereka yang tersirat dan tersurat dalam ayat 179 surah Al A'raaf, yang diantaranya adalah mereka yang memiliki akal namun tidak dipergunakan untuk berfikir di jalan Allah SWT. Utsman bin Mamh'un, menanggapi pernyataan orang tersebut sehingga terjadilah perang mulut di antara mereka, yang bersangkutan lalu berdiri dan memukul salah satu mata Utsman. Melihat kejadian tersebut, Walid bin Mughirah berkata :"demi tuhan wahai keponakanku, jika matamu itu kebal, kau pantas untuk melepaskan tanggungan dariku, tapi kau sudah melepaskan tanggungan itu maka aku tidak akan membelamu. Utsman berkata: "Demi Allah, sesungguhnya mataku yang satu lagi sangat membutuhkan apa yang dialami oleh mataku yang sebelah karena dianiaya di jalan Allah. Walid berkata: "Jika kau mau, aku masih siap untuk menjadi pelindungmu. Jawab Utsman: "Tidak, tidak untuk selama-lamanya!".
Pergilah Utsman dengan sebelah matanya yang sakit, tetapi ia begitu luar biasa terbebas jiwanya karena ia sekarang sedang berlindung kepada Allah SWT. Suatu ketika, Rasul memerintahkan para sahabat untuk hijrah ke Medinah dan termasuklah diataranya Utsman. Di Medinah mereka bisa merasakan kekhusyuan beribadah dan kembali kesucian pribadi Utsman nampak kembali tergambar dalam hidup kesehariannya. Ia menjadi "Rahib" (orang suci) yang menghabiskan malamnya untuk beribadah dan siangnya bekerja keras, lalu terkadang malam dan siang dipakai untuk beribadah atau malam dan siang untuk berjuang termasuk berperang menghadapi orang-orang musyirikin. utsman punya keistimewaan tersendiri dalam ber-"Zuhud", hidupnya benar-benar-benar jauh dari kenikmatan dunia, beliau lebih suka memakai pakaian yang kasar dan tidak mengganti pakaian dan beliau tidak makan, kecuali makanan yang sangat sederhana. Pada suatu saat beliau masuk ke dalam masjid yang saat itu Rasul dan para sahabat sedang duduk-duduk, beliau masuk dengan memakai pakaian yang sangat tidak layak dipakai, melihat kondisi beliau, Rasul pun tersentuh hatinya, sementara para sahabat yang menyaksikan malah mengalirkan air mata. Beliau beribadah ternyata bukan hanya dengan meninggalkan kenikmatan dunia dalam arti makan, minum dan berpakaian, tapi pernah juga berniat untuk menjauhi istrinya. Ketika berita ini sampai kepada Rasul, maka Rasul mun menegur beliau dengan mengatakan: "Istrimu punya hak darimu".
Keinginan beliau senantiasa ber-"Mujahadah" inilah yang membuat Rasul sangat mencintai beliau. Karena ketika ruhnya yang suci hendak meninggalkan jasad menuju ke hadirat Allah SWT, Rasul pun berada disampingnya mendampingi sampai akhir hayatnya. Dan ketika utsman bin Mazh'un akhirnya meninggalkan alam dunia ini, Rasul menundukkan kepalanya dan mencium kening memenuhi wajah Utsman dengan air mata. Dengan iringan doa beliau; "Semoga Allah merahmatimu, wahai Utsman, kau tinggalkan alam dunia ini tidak pernah kau ambil sedikitpun keuntungan darinya, dan dunia pun tidak pernah dirugikan oleh sebab kehadiranmu". Rasul tidak pernah melupakan orang yang sangat dicintainya, sepeninggal Utsman beliau selalu ingat dan memujinya di depan para sahabt, sehingga diriwayatkan saat putri Rasul, Rukayah akan meninggal dunia, Rasul berkata kepada putrinya:"Temuilah segera di alam barzah (Utsman bin Mazh'un) orang yang sangat baik dan mulia di sisi Allah SWT". Wallahu a'lam bish-shawab.