Ada bagian dari topi besi yang menancap di kepala beliau, Abu Ubaidah berhasil melepaskannya dengan gigi serinya hingga rompal, tetapi dari luka di kepala Rasulullah SAW itu mengucur darah segar. Segera saja Malik bin Sinan menjilat luka pada kepala Nabi SAW, dengan harapan akan bisa menghentikan, atau setidaknya mengurangi derasnya darah yang mengucur, dan itu berhasil. Setiap kali menjilat dan menghisab darah itu, Malik bin Sinan bukannya membuang atau memuntahkannya, justru ia menelan darah itu, sampai akhirnya darah tidak keluar lagi dari luka-luka Rasulullah SAW. Melihat apa yang dilakukannya, beliau bersabda, "Seseorang yang darahnya menyatu dengan darahku, maka api neraka tidak akan menyentuhnya." Sungguh suatu keberuntungan besar bagi Malik bin Sinan. Dan keberuntungan itu makin lengkap karena ia gugur sebagai syahid di Perang Uhud itu.
Putranya Abu Sa'id al-Khudri (أبو سعيد الخدري) adalah Sahabat Nabi Muhammad dari golongan Ansar. Ia mengajukan diri untuk berperang dalam Pertempuran Uhud pada 625 di mana ayahnya Malik ibn Sinan tewas, ia ikut dalam berbagai pertempuran selanjutnya. Walaupun ia pernah pergi ke Suriah untuk menemui Muawiyah bin Abu Sufyan, ia tetap penduduk Madinah. Pada Pertempuran Harrah tahun 64/683, ia ikut berperang untuk mempertahankan Madinah dari serbuan tentara Bani Umayyah. Ia disebutkan meninggal pada tahun 63/682, 64/683, 65/684, atau 74/693. Abu Sa'id salah satu perawi hadis yang paling banyak digunakan oleh umat Muslim. Jumlah hadis yang diriwatkan melaluinya berjumlah 1170 hadis, hal ini membuatnya termasuk dalam tujuh orang paling produktif dalam meriwayatkan hadis.