Ibnu Daqiq al-’Id (1228-1302) adalah seorang ulama Sunni dan hakim di kesultanan Mamluk Bahri di Mesir. Nama lengkapnya adalah Taqiyuddin Abu al-Fath Muhammad bin Ali bin Wahb bin Muthi’ al-Qusyairi al-Manfaluthi ash-Sha’idi al-Maliki asy-Syafi’i. Ia dilahirkan pada bulan Sya’ban tahun 625 H, di dekat Yanbu’, Hijaz. Menjabat sebagai qadhi pada masa Sultan An-Nashir Muhammad selama beberapa tahun hingga meninggal dunia pada tahun 702 H. An-Nashir Muhammad lengkapnya (Arab: الملك الناصر ناصر الدين محمد بن قلاوون; Al-Malik al-Nashir Nashir al-Din Muhammad bin Qalawun; 1285–1341;) adalah sultan ke-9 dari dinasti Bahri Mamluk di Mesir yang berkuasa selama tiga masa, mulai Desember 1293 hingga Desember 1294, dari 1299 hingga 1309, dan 1309 hingga akhir hayatnya pada 1341.
An-Nashir adalah penguasa yang kuat dan otokratik. Kekuasaan masa ke-tiganya yang bertahan selama 31 tahun dideskripsikan sebagai titik puncak dari kultur dan peradaban Mesir,[2] yaitu suatu masa ketika suatu kerajaan telah mencapai titik tertinggi dari kekuasaannya. Ia dicintai masyarakatnya dan menjalin hubungan dengan suku-suku Badui yang telah mendukungnya selama ia dalam pengasingan. Ia juga merupakan sultan Mesir pertama yang fasih berbahasa Arab. Sejarawan Mesir ternama, Ibnu Ilyas menyatakan tentang An-Nashir: "Namanya disebut-sebut di mana-mana melebihi raja-raja Mesir yang lain. Setiap raja (di masanya) mengirim surat kepadanya, mengirim hadiah dan takut padanya. Seluruh Mesir berada di dalam genggamannya".
Ibnu Daqiq al-Ied menulis Syarh al-Umdah, kitab al-Ilmam, mengerjakan al-Imam fi al-Ahkam, dan mengerjakan kitab mengenai ilmu-ilmu hadits. Di antarakarya tulisnya yang terkenal adalah kitab syarah untuk Arbain Nawawi. Ia merupakan salah satu di antara guru-guru dari Imam Adz-Dzahabi. Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Utsman bin Qaimaz bin Abdullah adz-Dzahabi al-Fariqi, yang lebih dikenal sebagai Al-Imam Adz-Dzahabi atau Al-Dhahabi, adalah seorang Ulama Sunni. Dia berasal dari Maula Bani Tamim. Dia dilahirkan pada tahun 673 H di Mayyafariqin Diyar Bakr. Ia dikenal dengan kekuatan hafalan, kecerdasan, kewara’an, kezuhudan, kelurusan aqidah dan kefasihan lisannya. Dia wafat pada malam Senin, 3 Dzulqa’dah 748 H, di Damaskus, Suriah dan dimakamkan di pekuburan Bab ash-Shaghir.
Imam Adz-Dzahabi menuntut ilmu sejak usia dini dan ketika berusia 18 tahun menekankan perhatian pada dua bidang ilmu: Ilmu-ilmu al-Qur’an dan Hadits Nabawi. Dia menempuh perjalanan yang jauh dalam mencari ilmu ke Syam, Mesir, dan Hijaz (Mekkah dan Madinah). Dia mengambil ilmu dari para ulama di negeri-negeri tersebut. Di antarapara ulama yang menjadi guru-guru dia adalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Di antara murid dia adalah: Tajuddin as-Subki, Muhammad bin Ali al-Husaini, al-Hafizh Ibnu katsir, al-Hafizh Ibnu Rajab, dan masih banyak lagi selain mereka. Al-Imam adz-Dzahabi memiliki Mu’jam asy-Syuyukh (Daftar Guru-Guru) dia yang jumlahnya mencapai 3000-an orang (adz-Dzahabi wa Manhajuhu fi Kitabihi, Tarikhil Islam)