Abdurrahman bin Abi Bakar (Arab: عبد الرحمن بن أبي بكر) adalah Sahabat Nabi Muhammad yang juga merupakan anak dari Khalifah pertama Abu Bakar dan memilki adik kandung bernama Aisyah. Tidak seperti keluarga lainnya yang telah lebih dahulu memeluk Islam, ia memeluk Islam setelah terjadinya Fathu Makkah. Abdul Rahman menolak kebijakan Muawiyah I yang mengangkat puteranya, yaitu Yazid I sebagai pengganti khalifah. Ketika Marwan bin al-Hakam mengumumkan berita ini ke khalayak ramai di Madinah, dia berupaya untuk memberinya pengesahan dengan mengatakan bahwa inilah cara atau kebiasaan atau sunnahnya Abu Bakar dan Umar.
Abdul Rahman berkeberatan terhadap penalaran ini, dengan mengatakan bahwa inilah adat Romawi Timur dan Bangsa Persia, bukan adatnya Abu Bakar, bukan pula Umar, dan bahwa Abu Bakr atau Umar tidak mengangkat anak-cucu mereka sebagai pengganti mereka. Marwan berupaya memfitnah Abdul Rahman dengan mengutip Al-Qur'an, yakni surat ke-46 (Al-Ahqaf) ayat ke-17 dan secara keliru menge-klaim bahwa tindakan ini membongkar upaya perlawanan terhadap Abdul Rahman sendiri. Marwan berupaya menangkap Abdul Rahman, namun kemudian berlindung di rumah saudarinya, Aisyah. Beberapa sumber menge-klaim bahwa Muawiyah menitahkan Abdul Rahman supaya diracun karena menolak penggantian Yazid.
Abdurrahman bin Abu Bakar adalah seorang yang sangat memegang teguh pendiriannya. Ayahnya, Abu bakar, termasuk orang-orang yang memeluk agama Islam pertama kali. Namun, hal itu tidak terjadi pada Abdurrahman bin Abu Bakar. Ia memegang teguh agama nenek moyangnya yang menyembah berhala. Pada perang Badar, Abdurrahman berada di barisan tentara Quraisy yang menyerang tentara Muslim. Pada Perang Uhud, Abdurrahman memimpin pasukaan pemanah Quraisy yang menggempur tentara muslim. Abdurrahman membela keyakinannya dengan penuh keteguhan.
Biasanya di awal peperangan akan terjadi perang tanding satu lawan satu. Abdurrahman pun maju ke depan dan mengajak lawan untuk perang tanding. Melihat hal itu, Abu Bakar hendak melayani ajakan perang tanding tersebut. Namun, Rasulullah mencegahnya. Rasulullah tidak ingin bapak dan anak lelakinya itu berperang tanding. Demikianlah, Abdurrahman membela mati-matian keyakinannya. Lama-kelamaan, masa kegelapan bagi Abdurrahman berakhir. Ia menerima cahaya kebenaran dari Islam. Kini, ia mengetahui ajaran agama Islam yang benar. Abdurrahman pun memeluk agama Islam dengan penuh keyakinan. Abu Bakar sangat senang karena anaknya telah terbuka hatinya untuk menerima ajaran agama yang benar. Abdurrahman bin Abu Bakar menjalankan ajaran agama Islam dengan penuh keyakinan. Sekalipun ia tertinggal dalam memeluk agama Islam.
Abdurrahman tidak kalah dengan sahabat yang lain dalam melaksanakan ajaran agama Islam. Setelah memeluk agama Islam, Abdurrahman juga berjuang di medan perang. Namun, kali ini ia berjuang melawan orang-orang kafir. Dalam perang Yamamah. Abdurrahman memiliki peran penting. Ketika itu, Abdurrahman bin Abu Bakar dan pasukannya mengempung benteng pertahanan kaum murtad. Setelah itu, Abdurrahman berhasil membunuh Mahkam bin Thufail, salah seorang pimpinan pasukan musuh. Mengetahui Mahkam bin Thufail roboh, pasukan musuh pun lari tunggang langgang. Dengan demikian, pasukan muslim dapat memasuki benteng dengan mudah. Abdurrahman adalah seorang muslim yang sangat memegang teguh ajaran agama Islam. Ia sangat membenci perbuatan-perbuatan untuk menjilat para penguasa. Ia juga seorang yang tidak takut dengan tekanan dari penguasa.
Suatu saat, Khalifah Muawiayah mengangkat anaknya, Yazid, sebagai penggantinya. Oleh karena itu, Muawiyah mengirim surat kepada gubernur di Madinah yang bernama Marwan. Ia meminta Marwan membacakan surat pengangkatan anaknya sebagai khalifah kepada orang-orang di masjid. Kebetulan Abdurrahman bin Abu bakar berada di sana. Belum semua isi surat dibacakan oleh Marwan, Abdurrahman sudah mengajukan protes. Ia mengkritik Muawiyah yang tidak memberi kebebasan kepada kaum muslim untuk memilih pemimpinnya. Kaum muslim yang lain pun mendukung tindakan Abdurrahman.
Terhadap kritik tersebut, Muawiyah tidak tinggal diam. Ia menekan dan mendesak kaum muslim dengan kekuatan senjata. Dengan demikian, banyak kaum muslim yang akhirnya membiarkan tindakan Muawiyah. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Abdurrahman bin Abu Bakar. Ia secara terang-terangan menyatakan bahwa pengangkatan Yazid telah batal Untuk melunakan sikap keras Abdurrahman, Muawiyah mengutus seseorang untuk memberikan uang sebesar 100.000 dirham. Ternyata, Abdurrahman tidak mau menerimanya. Ia melemparkan uang itu dan berkata kepada utusan Muawiyah. “Katakan kepadanya (Muawiyah) bahwa Abdurrahman tidak menjual agama dengan dunia (harta kekayaan di dunia).” Demikianlah, Abdurrahman tidak menyukai penguasa yang memerintah secara zalim dan tidak tergoda dengan kekayaan dunia.