
Ibnu Khubaisy berterima kasih atas penjelasan ini, kemudian ia bertanya lagi, "Apakah engkau pernah mendengar beliau menceritakan tentang cinta?" "Pernah!" Kata Shafwan. Kemudian ia menjelaskan bahwa ia pernah bersama Rasulullah SAW dengan beberapa sahabat lainnya dalam suatu perjalanan. Tiba-tiba datang seorang Badui memanggil dengan suara lantang, "Wahai Muhammad!!" Rasulullah SAW menyahuti panggilan lelaki Badui tersebut dengan suara keras juga. Maka Shafwan berkata kepada lelaki Badui tersebut, "Rendahkanlah suaramu karena engkau berhadapan dengan Nabi SAW, dan kita (umat Islam) benar-benar dilarang berkata seperti itu!!" Memang, sebelumnya beberapa sahabat punya kebiasaan bersuara keras dan memanggil-manggil Nabi SAW ketika beliau sedang di rumah atau sedang dalam kesibukan lain, sampai akhirnya turun Sural al Hujurat ayat 2 - 4 yang melarang kebiasaan mereka tersebut. Tetapi atas saran Shafwan tersebut, Sang Badui berkata, "Demi Allah, saya tidak bisa merendahkan suara saya!!"
Mungkin itulah bentuk kasih sayang beliau kepada si Badui, sehingga beliau juga bersuara keras menyamai suara lelaki tersebut agar ia "tidak terkena" hukum dalam ayat tersebut. Si Badui ini kemudian bertanya kepada beliau, "Bagaimana seseorang mencintai sekelompok orang, tetapi ia tidak boleh (bisa) berkumpul bersamanya?" Mungkin yang dimaksudkan lelaki Badui ini adalah kecintaannya kepada Nabi SAW dan kepada para sahabat beliau, tetapi ia "tidak mungkin" selalu bersama-sama mereka karena keadaan dan kondisinya sebagai orang "desa" yang keimanan dan amalannya sangat jauh dibanding para sahabat tersebut. Belum lagi ia disibukkan dengan pekerjaannya untuk menghidupi keluarganya, sehingga tidak bisa memaksimalkan waktu untuk meningkatkan amal dan keimanannya. Nabi SAW tersenyum mendengar pernyataan lelaki Badui tersebut dan bersabda, "Seseorang itu akan bersama-sama dengan orang yang dicintainya nanti pada hari kiamat!!"
Itulah masalah "cinta" yang pernah didengar Shafwan dari Rasulullah SAW. Kemudian ia menambahkan pula, bahwa Nabi SAW menceritakan adanya sebuah pintu di sebelah barat, pintu yang sangat lebar, yang seandainya ia berjalan dari sisi ke sisi lainnya, diperlukan waktu 40 atau 70 tahun lamanya. Pintu ini diciptakan Allah SWT bersamaan dengan penciptaan langit dan bumi. Ketika salah seorang sahabat bertanya tentang pintu tersebut, beliau bersabda, "Itulah pintu taubat, pintu itu selalu terbuka sampai matahari terbit dari arah barat (menjelang kiamat kubra)!!" Akan tetapi tertutupnya pintu taubat dari masing-masing kita, menjelang "kiamat pribadi" kita adalah ketika nafas telah sampai di tenggorokan. Nabi SAW bersabda : Sesungguhnya Allah SWT selalu menerima taubat seorang hamba selama nafasnya belum sampai di tenggorokan (Innallaaha yuqbalut taubata abdun, wa lam yughorghir).