Rafi bin Khadij RA Usianya baru 15 tahun kala itu. Kaum muslimin tengah giat menyiapkan segala peralatan dan kekuatan menghadapi perang uhud. Salah satu perang paling menyejarah dalam perjuangan umat Islam. Tak hanya para lelaki dewasa yang antusias. Para remaja belia pun tak mau ketinggalan. Mereka bergegas mengambil peran dalam perjuangan Islam. Ketika pasukan Muslim akan berangkat ke Perang Uhud, Rasulullah Saw terkejut melihat beberapa anak ikut dalam pasukan. Rasulullah Saw kemudian membujuk mereka pulang. Di antara mereka hanya Rafi bin Khudaij yang tidak mau pulang. Salah satunya adalah Rafi bin Khadij.
Rafi bin Khudaij berlari menemui ayahnya, Khudaij, yang ada dalam barisan pasukan Muslim. Rafi bin Khudaij meminta ayahnya menemui Rasul Saw. Sang ayah Khadij menemui Rasulullah dan memohon agar putra kesayangannya diperkenankan ikut berlaga di medan perang. Khadij menyampaikan kemampuan yang dimiliki Rafi yakni memanah dan memainkan tombak. Saat bertemu Rasulullah, Rafi berdiri dengan berjinjit, itu ia lakukan agar terlihat lebih tinggi. Rasulullah mengamati dengan seksama kemampuan Rafi, sebelum akhirnya beliau mengizinkannya.
“Ya, Rasulullah, Rafi bin Khudaij pandai memanah.” “Izinkanlah Rafi bin Khudaij ikut berjihad.” “Mudah-mudahan kepandaiannya itu dapat menambah kekuatan pasukan kita,” bujuk Khudaij. “Coba, engkau perlihatkan kepandaianmu dalam memanah itu,” suruh Rasulullah Saw pada Rafi bin Khudaij. Kemudian Rafi bin Khudaij pun memperlihatkan kepandaiannya memanah di depan Rasulullah Saw dan para sahabat Rasul lainnya. Anak panah itu melesat kencang dan tepat mengenai sasaran. Rasulullah Saw dan para sahabat pun berdecak kagum melihatnya.
Dalam Perang Badar, Rafi pernah meminta izin ikut, namun Rasulullah dengan tegas melarangnya. Rafi bin Khudaij menemui Rasulullah Saw agar diizinkan ikut berjihad, tapi beliau keberatan karena Rafi bin Khudaij masih sangat muda. Namun, kali ini Rasulullah Saw mengizinkan Rafi bin Khudaij ikut berjihad. Melihat Rafi bin Khudaij diizinkan ikut berjihad, anak lainnya bernama Samurah bin Jundub, segera mengajak ayah tirinya, Muray bin Sinam, menemui Rasul Saw untuk menyampaikan keinginannya ikut berjihad juga. Rasulullah Saw memanggil Samurah bin Jundub, “Wahai Samurah bin Jundub, jika engkau mampu mengalahkan Rafi, aku izinkan engkau ikut berjihad.”
Badan Samurah bin Jundub lebih besar dibanding Rafi bin Khudaij. Rasulullah Saw kemudian menyuruh mereka untuk bergulat. Samurah bin Jundub dan Rafi bin Khudaij saling menyerang dan menjatuhkan. Rafi bin Khudaij yang berbadan kecil, tidak mampu mengimbangi kekuatan Samurah bin Jundub. Berkali-kali, Rafi bin Khudaij dijatuhkan Samurah. Setelah melihat kekuatan Samurah bin Jundub, barulah Rasulullah Saw mengizinkan Samurah bin Jundub ikut berjihad.
Dalam Perang Uhud itu, kaum Muslim mengalami kekalahan. Kekalahan tersebut disebabkan ketidakpatuhan sebagian pasukan pemanah Muslim kepada perintah Rasulullah Saw. Sementara itu, Rafi bin Khudaij dan Samurah bin Jundub terluka cukup parah. Dada Rafi bin Khudaij pun terkena panah. Dalam perang Uhud tersebut Rafi terkena panah di dada, di bagian bawah ketiak. Darah mengucur dari lukanya, seraya menahan sakit ia mendatangi Rasulullah seraya berkata, “Wahai Rasulullah, tolonglah anak panah ini dicabut.”
Rafi berharap dengan bantuan Rasulullah lukanya lekas membaik dan ia bisa ikut meneruskan berperang. Rupanya Rasulullah memberikan pilihan yang tak biasa. Beliau berucap, “Hai Rafi, aku bisa mencabut panah ini beserta mata panahnya dan engkau akan segera sembuh. Tetapi jika engkau mau, aku akan mencabut panah ini dan meninggalkan mata panahnya di tubuhmu, dan aku akan bersaksi pada hari kiamat bahwa engkau mati syahid.” Rafi memilih agar mata panah itu tetap di tubuhnya. Demikian hingga ia berpulang kepada Rabbnya pada zaman khalifah Muawiyah.