'Alqamah bin Qais an-Nakha'i (Arab: علقمة بن قيس النخعي, wafat 61 H/680 M) adalah seorang tabi'in senior, ahli fiqih, dan ahli tafsir yang ternama dari Kufah. Nama lengkapnya adalah Abu Syibli 'Alqamah bin Qais bin 'Abdullah bin Malik an-Nakha'i al-Kufi. Ia adalah salah seorang murid terkemuka dari Abdullah bin Mas'ud. Ia diperkirakan lahir tidak lama sebelum wafatnya Nabi Muhammad.
Abdullah bin Mas'ud (bahasa Arab: عبدالله بن مسعود, wafat 652) adalah sahabat Nabi Muhammad dan orang keenam yang masuk Islam setelah Nabi Muhammad mengawali dakwah di Mekah. Abdullah adalah sahabat Nabi yang mempunyai ukuran badan paling kecil. Ia juga disebut sebagai sahabat nabi yang bersahabat dengan sandal Nabi.
'Alqamah termasuk dalam majelis Ibnu Mas'ud, yang menyampaikan dan mengajarkan hadits kepada para sahabat Nabi dan khalayak lainnya. Menurut Tahdzib at-Tahdzib dan Tarikh Baghdad, disebutkan bahwa 'Alqamah bersifat cerdas, tsiqah (riwayatnya terpercaya), warak (taat beribadah), bacaan Al-Qur'annya merdu, serta berperilaku baik. Ia begitu diakui keilmuannya, hingga bahkan beberapa sahabat Nabi pun meminta fatwa kepadanya.
Ia meriwayatkan hadits antara lain dari Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Ibnu Mas'ud, dan Aisyah. 'Alqamah turut bertempur dalam pembebasan Khurasan, serta mendukung Ali bin Abi Thalib dalam peperangan Shiffin dan Khawarij. 'Alqamah bin Qais wafat pada tahun 61 Hijriah di Kufah, dalam usia 90 tahun.
Pujian Para Ulama Tentang Beliau
Dia belajar al-Qur’an dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu. Selain itu banyak para imam yang belajar darinya, diantaranya Ibrahim dan Asy-Sya’bi. Dia di tawari untuk menjadi imam dan mufti setelah Ali dan Ibnu Mas’ud. Dia juga disejajarkan dengan Ibnu Mas’ud dalam memberikan petunjuk, bimbingan, penjelasan, dan kepribadiannya. Murid-muridnya dan beberapa orang sahabat sering bertanya kepadanya dan belajar fiqh darinya.
Diriwayatkan dari Ibrahim, bahwa dia berkata, “Abdullah bin Mas’ud diberi gelar Al-Qamah Abu Syibil, dan Al-qamah pria mandul dan sehingga tidak mempunyai keturunan”.
Diriwayatkan dari Ibrahim, bahwa Al-Qamah berkata, “Aku tidak hafal, ketika itu aku masih muda, sepertinya aku melihatnya pada kertas atau sobekan kain”.
Ibnu al-Madini berkata, “Tidak ada seorang pun dari kalangan sahabat yang mempunyai sahabat-sahabat yang hafal darinya dan melaksanakan perkataannya dalam fiqh kecuali tiga orang, yaitu Zaid bin Tsabit, Ibnu Mas’ud, dan Ibnu Abbas. Sedangkan orang yang paling tahu tentang Ibnu Mas’ud adalah Al-Qamah, Al-Aswad, Abidah, dan Al-Harits.”
Diriwayatkan dari Umarah bin Umair, ia berkata, “Abu Ma’mar berkata kepada kami, tunjukkan kepada kami orang yang paling serupa dengan Abdullah dalam petunjuk, penjelasan dan kepribadian !” kami lalu berjalan bersamanya hingga kami duduk dihadapan Al-Qamah.”
Ibrahim meriwayatkan dari Alqamah, bahwa ketika dia datang ke Syam, lalu masuk masjid Damaskus, dia berdoa, “Ya Allah, berilah kami rezki seorang teman yang shalih”. Dia lalu datang dan duduk didepan Abu Ad-Darda’ lantas berkata, “Dari mana kamu?” alqamah menjawab “Dari Kufah”. Abu Ad-Darda’ berkata bagaimana menurutmu ketika kamu mendengar Ibnu Ummu Abd, membaca firman Allah, “Walaili idzaa yaghsyaa”.
Diriwayatkan dari Ibnu Sirin, dia berkata, “Aku mengetahui suatu kaum yang lebih mengunggulkan lima orang, yaitu : orang yang memulai pengnggulannya dengan nama Al Harits Al A’war, maka nama berikutnya adalah Abidah, dan orang yang memulai dengan nama Abidah, maka nama berikutnya adalah Al Harits, lalu Al Qamah yang ketiga. Tidak diragukan lagi, setelah itu Masruq, kemudian Syuraih. Tetapi ada kaum yang lebih mengunggulkan Syuraih daripada yang lain”.
Diriwayatkan dari Muhammad, dia berkata, “Sahabat-sahabat Abdullah ada lima yang semuanya cacat, mereka adalah Abidah yang buta, Masruq yang bungkuk, Alqamah yang pincang, Syuraih yang botak, dan Al Harits yang buta.”
Diriwayatkan dari Alqamah dia berkata, “Ketika Abdullah diberi minuman, dia berkata, ‘Berikan kepada Alqamah, Masruq dan yang lain’. Mereka kemudian berkata, ‘Aku sedang puasa’, Abdullah berkata (membaca ayat yang artinya), ‘Mereka pada suatu hari yang didalamnya hati dan penglihatan berubah’ (Qs. An-Nur : 37)”.
Ibrahim berkata, “Alqamah menhatamkan al-Qur’an setiap lima hari sekali”.
Diriwayatkan dari Syaqiq, dia berkata, “Ketika Ibnu ziyad melihatku bersama Masruq, dia berkata, ‘Jika kalian pergi maka temuilah aku !’ setelah itu aku menemui Alqamah dan berkata, ‘Kamu tidaka akan mendapatkan apa-apa dari kekayaan dunia mereka kecuali mereka akanmendapatkan dari agamamu sesuatu yang lebih utama darinya’.”
Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Yazid, bahwa kami pernah bertanya kepada Alqamah, ‘Bagaimana seandinya kamu ditanya ketika engkau selesai shalat dimasjid lalu kami duduk bersamamu?’ Dia menjawab, ‘Aku sebenarnya tidak suka dipanggil, ‘Ini Alqamah’.’
Diriwayatkan dari Alqamah dia berkata, “Aku seorang yang oleh Allah diberi suara yang bagus dalam membaca al-Qur’an. Suatu ketika Ibnu Mas’ud datang kepadaku, lalu aku membacakan al-Qur’an kepadanya. Jika aku berhenti membaca, dia berkata, ‘bacalah lagi’.”
Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Yazid, bahwa Abdullah berkata, “Aku tidak membaca sesuatu atau mengetahui sesuatu kecuali Alqamah telah membacanya atau mengetahuinya.”
Diriwayatkan dari Qabus bin Abu Dzabyan, dia berkata, “Aku pernah bertanya kepada ayahku, ‘Untuk apa kamu datang menemui alqamah dan memanggil para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ?’ dia menjawab, ‘Aku melihat beberapa orang sahabat Nabi bertanya kepada Alqamah dan meminta fatwa darinya’.”
Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Yazid, dia berkata, “Ketika ada yang berkata kepada Ibnu Mas’ud, ‘Alqamah bukanlah orang yang paling bagus bacaannya diantara kami’. Ibnu Mas’ud pun berkata, ‘Tidak, demi Allah, dia Qari’ kalian yang terbaik’.”
Diriwayatkan dari Asy-Sya’bi, dia berkata, “ika Ahlul Bait diciptakan untuk surga, maka yang termasuk Ahlul Bait adalah Alqamah dan Al Aswad.”
Abu Qais Al Audi berkata, “Aku pernah melihat Ibrahim mengambil unta Alqamah.”
Diriwayatkan dari Alqamah, bahwa dia pernah berwasiat seraya berkata, “Jika ajal menjemputku maka duduklah satu orang disisiku untuk menuntunku membaca laa ilaaha illallah dan bawalah mayatku dengan segera kedalam lubang kuburku, serta jangan beritakan kematianku kepada orang-orang, karena aku takut hal itu akan menimbulkan tangisan seperti tangisan jahiliyah.”