Ubaidah bin Harits (bahasa Arab: عبيدة بن الحارث) adalah sepupu dan Sahabat Nabi Muhammad. Ia mati syahid dalam Pertempuran Badar dan ia merupakan anak dari Harits bin Abdul Muthalib. Ayahnya Harits bin Abdul Muthalib (Arab:حارث بن عبد المطلب) adalah anak dari Syaibah bin Hâsyim dan juga paman dari Nabi Muhammad. Kakeknya Syaibah bin Hâsyim (Arab: شيبة بن هاشم) (lahir 497 – 578) lebih dikenal dengan nama Abdul Muththalib atau 'Abd al-Muththalib (artinya hamba Muththalib) sejak ia dibesarkan oleh pamannya Muththalib. Suatu ketika Muththalib bepergian dengan hewan tunggangan sambil memboncengi Syaibah. Masyarakat yang melihatnya mengira yang diboncengi Muththalib adalah budaknya. Sejak itu Syaibah dipanggil dengan sebutan Abdul Muththalib. Ia merupakan kakek dari Nabi Muhammad dan Ali. Ia sebagai pemimpin kaum Quraisy, sempat bertemu dan berbicara dengan Abrahah, seorang penguasa dari Yaman yang ingin menghancurkan Ka'bah.
Namanya tidak terkenal sebagaimana sahabat-sahabat lainnya, namun perjuangannya memberikan semangat dan kekuatan bagi kaum muslimin lainnya. Kiprahnya dalam membela Rasulullah Saw sangat dikagumi karena ia juga merupakan kerabat dekat Rasul. Beliau adalah Ubaidah bin Harits bin Abdul Mutholib atau dikenal sebagai Abu Ubaidah. Dikisahkan pada perang Badar al-Kubra, orang yang pertama kali mengobarkan peperangan adalah Al-Aswad bin Abdul Asad Al-Makhzumi, seorang laki – laki yang bengis, kejam serta sangat buruk akhlaknya. Dia dengan sombongnya keluar dari barisan kaum musyrikin maju menyeruak ke tengah-tengah kaum muslimin seraya berkata : “Aku bersumpah kepada Allah, aku pasti benar – benar akan mengambil air minum dari kolam kalian, atau aku akan menghancurkannya atau aku lebih baik mati karena nya.”
Ketika Al-Aswad bin Abdullah Asad keluar, maka dia disambut oleh Singa Allah, Hamzah bin Abdul Muthalib radhiyallahu’anhu. Lalu mereka berduel, satu lawan satu. Hamzah –Singa Allah- berhasil menebas kaki Al-Aswad hingga putus dan darahnya memuncrat mengenai kawan-kawan nya yang lain. Al-Aswad pun terjengkang jatuh dengan kaki penuh lumuran darah, saat dia berusaha menuju sahabat dan rekannya. Maka dia berjalan sambil merayap ke kolam, itu hanya demi untuk memenuhi sumpahnya. Namun Singa Allah Hamzah bin Abdul Muthalib dengan sigap membututinya lalu memukulnya hingga ia tewas di kolam tersebut. Melihat kejadian ini pasukan kafir musyrik Quraisy terbakar emosi, maka keluar dari mereka tiga orang pembesar dari Quraisy yang masih satu keluarga. Yakni Utbah bin Rabi’ah, dan anak nya yakni Al-Walid bin Utbah dan saudara Utbah yakni Syaibah bin Rabi’ah. Mereka ingin duel (satu lawan satu).
Dengan gagah berani, tiga orang ksatria Islam maju menghadapi musuh-musuhnya. Mereka adalah pemuda dari kalangan Anshar. Dua bersaudara yakni Auf bin Al-Harits dan Muawwidz bin Al-Harits, satu lagi adalah Abdullah bin Rawahah. Mereka ingin menyambut tiga orang kafir Quraisy dan meladani perang tanding. Ketiga orang kafir Quraisy bertanya : “Siapa kalian?” Ketiga ksatria Islam menjawab, “Kami adalah orang – orang Anshar.” Orang kafir itu berkata, “Kalian ini orang – orang mulia yang selevel dengan kami, hanya saja kami ingin duel dengan kaum kami sendiri. Kami hanya menginginkan kerabat paman kami." Salah seorang di antara orang – orang kafir musyrik itu ada yang berteriak dengan, “Wahai Muhammad, keluarkanlah orang – orang terpandang yang berasal dari kaum kami (yakni orang Quraisy).” Menanggapi hal itu, Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Majulah engkau wahai Ubaidah bin Al-Harits, majulah engkau wahai Hamzah, majulah engkau wahai Ali.”
Ketiga ksatria Islam maju dengan gagah berani mendekati tiga orang kafir Quraisy terebut, lalu orang kafir itu bertanya, “Siapakah kalian ini?” Ubaidah menjawab, “Aku Ubaidah." Hamzah menjawab, “Aku Hamzah.” Ali menjawab, “Aku Ali.” Orang kafir itu berkata, “Benar, kalian memang orang – orang mulia yang selevel dengan kami.” Ubaidah Radhiyallahu’anhu adalah sahabat yang paling tua diantara Hamzah dan Ali. Maka Ubaidah menghadapi Utbah bin Rabi’ah. Hamzah Radhiyallahu’anhu menghadapi Syaibah bin Rabi’ah. Dan Ali Radhiyallahu’anhu menghadapi Al-Walid bin Utbah. Mulailah mereka bertempur tanding satu lawan satu mengeluarkan segalah kemampuan mereka masing-masing bergantian saling serang diantara mereka, duel pun berlangsung dengan begitu hebat suara adu pedang silih berganti tak terkecuali Ali bin Abi Thalib pun melawan musuh tandingnya dengan gesit, begitupula dengan Hamzah –Singa Allah- dengan mudah dapat membunuh Syaibah bin Rabi’ah, demikian pula halnya Ali dengan mudahnya dapat membunuh Al-Walid.
Sementara itu Abu Ubaidah bin Al-Harits Radhiyallahu’anhu dan Utbah bin Rabi’ah, mereka saling memukul lawannya dengan pukulan yang keras dan melukai satu sama lainnya. Kemudian Hamzah dan Ali dengan cepat membantu Ubaidah bin Al-Harits untuk membunuh Utbah bin Rabi’ah. Maka, tidak lama tewaslah semua musuh – musuh Allah tadi. Setelah itu Hamzah dan Ali memapah tubuh Abu Ubaidah yang sudah lemah karena luka, kaki Ubaidah tertebas hingga putus. Dia sama sekali tidak mengeluh hingga beliau meninggal dunia –syahid- di Ash-Shafra lima hari setelah Perang Badar, di tengah perjalanan pulang ke Madinah. Berkaitan dengan perang tanding ini, Allah Subhanahu wa ta’ala sebutkan di dalam Alquran surat Al-Hajj ayat 19-24.